MENELADANI TOKOH JABIR IBNU HAYYAN DALAM KONTRIBUSI  MEMAJUKAN PERADABAN ISLAM SEBAGAI MAHASISWA TEKNIK KIMIA

 

Fathine An-Nahdiyah/I0521030/Teknik Kimia

 

Siapa yang tidak mengenal Jabir Ibnu Hayyan?

Yap, dia adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan Al-Azdi atau jika di barat beliau dikenal dengan nama Geber. Jabir Ibnu Hayyan adalah seorang ilmuwan muslim pada masa kepemimpinan Harrun Ar-Rasyid di era Dinasti Abbasiyah yang dikenal sebagai bapak kimia, bapak kimia arab, bapak kimia islam, bapak kimia modern, dan masih banyak sebutan lain untuk tokoh ilmuwan muslim yang satu itu. Ia juga merupakan salah satu pendiri farmasi modern.

Jabir Ibnu Hayyan lahir di Irak pada tahun 750 Masehi tepatnya di Kota Kuffah dan diperkirakan meninggal tahun 803 M. Ayahnya merupakan seorang apoteker dari suku Al-Azdi Arab di Yaman. Ayahnya tingal di Kota Kuffah di Irak selama pemerintahan Bani Umayyah. Jabir Ibnu Hayyan menempuh pendidikan di Yaman, di bawah asuhan Harbi Al Himyari. Keahliannya di bidang kimia ini ia dapatkan dari gurunya yaitu Imam Ja’far bin Muhammad AsShadiq yang merupakan keturunan kelima dari Nabi Muhammad SAW.

Jabir Ibnu Hayyan mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam maupun di luar penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat di reproduksi kembali. Ia menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan rekasi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya ‘hukum perbandingan tetap’. Ia juga telah menulis ratusan buku tentang alkimia, misalnya kitab al-kimya dan kita al sabe’en yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan berbagai bahasa Eropa lainnya. Terjemahan itu menjadi sanaat terkenal di Eropa selama beberapa abad dan telah mempenaruhi evolusi di dunia kimia modern.

Nomenklatur kimia Jabir Ibnu Hayyan menunjukkan dasar klasifikasi modern bahwa unsur dibedakan menjadi logam dan non-logam. Dia menyanrankan tiga kategori:

-          Spirits, yang menguap pada pemanasan, seperti arsenik (realgar, orpiment), kamper, merkuri, belerang, sal amoniak, dan amonium klorida

-          Logam, seperti emas, perak, timah, tembaga, besi, dan khar-sini (besi Cina)

-          Zat yang tidak dapat ditempa, yang dapat diubah menjadi bubuk, seperti batu

Kemudian, Jabir Ibnu Hayyan dikaitkan dengan pengenalan metodologi eksperimental ke dalam alkimia dan penemuan beberapa proses kimia yang digunakan dalam kimia modern. Misalnya, kristalisasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan, sintesis asam (asam klorida, nitrat sitrat, asam asetat dan tertarat), distilasi menggunakan alembic (anbaiq), serta pengembangan istrumen untuk melakukan proses-proses tersebut. Ia telah memperesentasikan pemeriksaan eksperimental ke dalam alkimia, dari mana kimia modern muncul. Sekarang, diketahui bahwa orang-orang Arab tela mempelajari dan mengembangkan kimia sebagai cabang ilmu yang berbeda, dan nama “kimia” berasal dari Alchemia, kata Arab, yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim.

Meskipun, penelitian yang dilakukan oleh Jabir Ibnu Hayyan ini adalah di bidang kimia, namun ia juga adalah seorang apoteker, fisikawan, filsuf, geografi, insinyur, astrolog, dan astronom. Padahal niatnya adalah untuk memecahkan masalah umat manusia, yang sebenarnya merupakan misi mulia Islam serta kewajiban umat Islam. Dengan demikian, jelas dapat dipahami bahwa hal itu merupakan dari pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai seorang muslim.

Nah, yang diatas itu tadi adalah sekilas profil, karya, dan peran-peran dari seorang Jabir Ibnu Hayyan sang bapak kimia modern. Ada banyak sekali hal yang dapat kita temukan, kita pelajari, dan kita teladani dari seorang Jabir Ibnu Hayyan. Seperti penemuan-penemuannya tentang berbagasi reaksi kimia yang sangat berguna bagi dunia kimia modern saat ini dan masih dipelajari di dunia pendidikan formal. Beberapanya juga saya pelajari di mata kuliah-mata kuliah seperti mata kuliah kimia di jurusan yang saya ambil yaitu jurusan Teknik Kimia.

Dengan berbagai karya dan perannya, Jabir Ibnu Hayyan telah menunjukkan pelaksanaan misi mulia untuk memecahkan masalah umat manusia yang merupakan tanggung jawabnya sebagai seorang muslim. Bahkan Jabir Ibnu Hayyan tercatat dalam sejarah sebagai Bapak Kimia Modern dan dikenal oleh orang-orang yang mempelajarinya dari masa ke masa. Itu merupakan kontribusi seorang Jabir Ibnu Hayyan dalam memajukan peradaban umat islam dan mengejar ketertinggalan dari bangsa barat yang dilakukannya sudah beratus tahun yang lalu.

Lalu, untuk era milenial saat ini bagaimana?

Maka hal itu sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi muda muslim untuk meneruskan semangat mengejar ketertinggalan dari bangsa barat dan memajukan peradaban islam yang dilakukan oleh Jabir Ibnu Hayyan. Jadi apa yang akan saya lakukan sebagai generasi muda muslim untuk meneruskan semangat Jabir Ibnu Hayyan ini? Utamanya di bidang yang saya geluti sekarang yaitu Teknik Kimia?. Hal yang menjadi ketertarikan saya akhir-akhir ini dan kebetulan sekarang memang sedang ramai diperbincangkan adalah mengenai green chemistry atau kimia hijau.

Kemajuan industri dan teknologi di bidang kimia saat ini yang berkembang dengan pesat ditemukan memberikan banyak kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia. Namun, di sisi lain hal ini juga menimbulkan berbagai persoalan lingkungan. Seperti contoh perkembangan industri farmasi, pestisida, dan pupuk yang secara langsung industri-industri itu juga telah menyumbangkan permasalahan limbah. Nah, dalam prosesnya reaksi kimia mempunyai peran penting  pada proses industri kimia untuk mendapatkan hasil sintesis sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbankan efek yang ditimbulkan.

Beberapa masalah seperti ketersediaan bahan baku petrokimia, masalah lingkungan, pelepasan bahan beracun, penipisan bahan tak terbarukan, masalah kesehatan jangkan pendek dan jangka penjang akibat paparan bahan kimia dari masyarakat untuk bahan kimia, pelarut, dan masalah keamanan adalah hal yan patut dipertimbangkan diantara manfaat-manfaat yang di dapat. Terdoron oleh hal itu, dalam beberapa tahun terakhir konsep kimia hijau (green chemistry)menjadi topik utama dalam perkembangan dunia kimia. Dasar pemikiran ini muncul dari konsep sustainable development oleh United Nation tahun 1987, yang berbunyi:

“....... Meeting the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs.”

Konsep tersebut juga tidak jauh dari amanat yang berada dalam Qur’an Surat Al-Hasyr ayat ke-18 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

                Dari ayat tersebut tersirat bahwa tanggung jawab setiap muslim untuk mempertimbangkan kemaslahatan umat utamanya untuk generasi yang akan datang. Dalam perspektif pembangunan industri adalah sustainable development yakni pembangunan yang mempertemukan ketercukupan kebutuhan saat ini dengan kebutuhan generasi yang akan datang. Sumber daya alam ini bukan warisan untuk kita,  melainkan merupakan titipan untuk anak cucu kita di masa mendatang.

                Kimia hijau didasarkan pada 12 prinsip yang harus menjadi pegangan oleh perencana proses industri atau reaksi kimia:

1.       Pencegahan limbah

2.       Atom ekonomi

3.       Menggunakan bahan kimia yang kurang/tidak berbahaya

4.       Desain untuk bahan kimia yang lebih aman

5.       Pelarut dan bahan yang aman

6.       Desain untuk efisiensi energi

7.       Penggunaan bahan baku terbarukan

8.       Penggunaan derivatif

9.       Katalisis

10.   Desain untuk degradasi

11.   Analisis real-time  untuk pencegahan polusi

12.   Pencegahan bahan kimia dan kecelakaan kimia secara inheren

Kedua belas prinsip tersebut akan menjadi motivasi dalam pengembagan aplikasi-aplikasi kimia dalam industri dan lingkungan. Prinsip-prinsip tersebut mengarah pada sustainability dari sumber daya alam dan energi yang apabila tidak dikendalikan maka sewaktu-waktu akan punah. Pilar sustainability meliputi lima aspek yaitu:

1.       Pengurangan bahan

2.       Penggunaan kembali dan daur ulang

3.       Pemulihan energi

4.       Pengolahan sampah

5.       Pembuangan aman (secure dispossal)

Nah, beberapa hal yang dapat saya lakukan sebagai seorang mahasiswa muslim yang sedang menempuh pendidikan di bidang Teknik Kimia adalah:

·         Pengurangan sampah

Prinsip sustainability ini dapat saya terapkan mulai dari hal-hal sederhana. Seperti contoh dengan saya mengikuti gerakan menceah pembuangan sisa makanan dengan menakar kebutuhan makan saya, sehingga tidak akan ada sisa makanan yang akan terbuang dan menjadi limbah.

·         Hemat air

Dengan tidak boros dalam menggunakan air, menggunakan air seperlunya saja. Mungkin saat ini air bersih mudah untuk dicari, tapi di masa mendatang? Tidak ada yang tau.

·         Energi Terbarukan

Perkiraan kebutuhan energi untuk setiap negara berkembang diperkirakan mencapai 84%. Nah, saat ini saya sedang mengikuti campaign “Renewable Energy for Millenial” dari zenergify sebuah energy company. Jadi, ini adalah sebuah gerakan kampanye untuk menyuarakan pentingnya penggunaan energi baru terbarukan atau renewable energy dari kita untuk kita bagi keberlangsungan bumi di masa mendatang. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya penggunaan energi terbarukan bagi keberlangsungan bumi di masa mendatang. Kampanye ini berlangsung 10 hari, yang disetiap harinya kita akan menyuarakan dan memberikan info kepada orang-orang seputar renewable energy ini lewat media sosial kita. Sebelum itu, kami diarahkan untuk mengunggah twibbon dengan foto kita. Nah disana saya mengunggah foto itu saya memakai jilbab yang merupakan simbol bahwa saya seorang muslim. Disini saya menunjukkan kontribusi saya dalam memajukan peradaban islam bahwa saya sebagai muslim juga peduli tentang isu-isu dunia.

Nah, jadi meskipun saya tidak bisa berkontribusi besar pada perkembangan umat islam layaknya Jabir Ibnu Hayyan yang bahkan namanya tercatat sejarah, namun saya harap semoga dengan hal-hal kecil yang saya lakukan, meski sedikit, dapat memberikan pengaruh pada perkembangan peradaban islam dan ketertinggalannya terhadap bangsa barat.

 

 

REFERENSI:

 

Fatimah, Is. (2017). Refleksi Nilai-Nilai Keislaman pada Perkembangan dan Aplikasi Ilmu Kimia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

 

Hassan, I. N., Othman, M. Y. H., & Jalil, M. H. (2018). Muslim alchemists and their philosophy influence on modern chemistry; Jabir ibn Hayyan. Global Journal of Social Sciences and Humanities journal, 2, 4-7.

 

Wikipedia bahasa Indonesia. (2021). Abu Musa Jabir bin Hayyan. Diakses pada 21 Desember 2021 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Musa_Jabir_bin_Hayyan

 

CNN Indonesia. (2021). Jabir Ibnu Hayyan, Bapak Kimia Islam Ubah Takhayul Jadi Sains. Diakses pada 21 Desember 2021 dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210427130408-199-635336/jabir-ibnu-hayyan-bapak-kimia-islam-ubah-takhayul-jadi-sains